Notification

×

Iklan

Iklan

RI Impor Produk Pertanian AS Rp 73 Triliun, Mentan: Demi Tarik Ekspor Sawit

18 Juli 2025 | Juli 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-18T01:51:13Z




MediaJurnalis — Pemerintah Indonesia menyepakati pembelian produk pertanian dari Amerika Serikat (AS) senilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 73 triliun (kurs Rp 16.271 per dolar AS). Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan dagang untuk menurunkan tarif bea masuk ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam, khususnya pada produk unggulan seperti crude palm oil (CPO).


Kesepakatan ini menjadi respons atas kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, dari sebelumnya 32% menjadi 19%. Penurunan tarif ini dinilai memberi angin segar bagi produk ekspor RI yang bersaing langsung dengan negara seperti Malaysia.


Mentan: Impor Gandum Tak Ganggu Ketahanan Pangan


Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa kesepakatan tersebut tidak akan mengganggu ketahanan pangan nasional. Komoditas yang diimpor pun merupakan produk yang belum dapat dipenuhi sepenuhnya oleh produksi domestik, seperti gandum dan jagung.


"Saya kira nggak, nggak masalah. Kalau kita cukup (produksi dalam negeri), kita tidak impor," ujar Amran, Kamis (17/7/2025) di Jakarta.

 

Gandum disebut sebagai komoditas pertanian impor terbesar dari AS. Selain gandum, RI juga telah lama mengimpor kedelai, gas minyak bumi, dan pesawat terbang dari negara tersebut.


Peluang Emas untuk Sawit RI di Pasar Amerika


Penurunan tarif yang diperoleh Indonesia menjadi peluang besar bagi ekspor CPO (crude palm oil) ke AS. Dengan tarif baru sebesar 19%, lebih rendah dibanding tarif CPO Malaysia yang mencapai 25%, Indonesia disebut memiliki daya saing lebih tinggi di pasar Amerika.


"Pesaing kita cuma Malaysia. Dengan tarif 19% kita lebih kompetitif. Ini peluang emas bagi sektor pertanian," ujar Amran.

 

Namun demikian, Amran juga menyadari tantangan yang masih dihadapi, salah satunya adalah peningkatan produksi CPO. Ia menyebut program replanting (penanaman kembali sawit) masih terus dilakukan, meskipun sebagian produksi sawit dialihkan untuk kebutuhan biofuel domestik.


"Kita akan menanam kembali, pasti produksi naik. Tapi mungkin stagnan karena kita alihkan ke biofuel," tambahnya.

 

Strategi Perdagangan Dua Arah


Selain dari sisi pertanian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Indonesia juga membuka peluang pemotongan bea masuk bagi produk ekspor utama asal AS. Ini dilakukan sebagai strategi dua arah dalam negosiasi perdagangan.


"Ekspor utama AS itu mendekati nol (tarif bea masuk), tapi tergantung juga berapa besar tarif yang kita dapatkan dari AS," kata Airlangga, mengacu pada posisi tawar dalam perdagangan bilateral.

 

Dalam kesepakatan awal, RI juga menyatakan siap mengimpor gandum senilai US$ 500 juta (sekitar Rp 8 triliun) dari AS sebagai bagian dari komitmen perdagangan tersebut.

×
Berita Terbaru Update